Rahim Pengganti

Bab 181 "Sebuah Pesan Singkat"



Bab 181 "Sebuah Pesan Singkat"

0Bab 181     
0

"Mir, Dhira mana?" tanya Arsen.     

"Pulang."     

"Hah? Tumben banget."     

"Aku nggak tahu, dia tadi mau buang sampah. Terus tiba tiba balik dan langsung pulang," ujar Mira.     

Mendengar hal itu membuat Arsen terdiam sesaat, lalu pria itu ingat jika diri nya tidak sengaja memeluk Gaby, pikiran Arsen saat ini menuju hal tersebut, segera tanpa banyak basa basi Arsen menuju ke parkiran.     

Namun, nyata ketika diri nya pergi menuju parkiran, motor yang dikendarai oleh Arsen sudah tidak ada lagi, dan hal itu membuat pria itu hanya bisa pasrah. Arsen yakin, jika saat ini Dhira sedang salah paham dengan dirinya.     

Arsen lalu melangkahkan kakinya, menuju ke tempat bazar, pria itu tidak bisa langsung pulang, karena masih ada beberapa hal yang harus dirinya selesaikan. Dengan perasaan hampa, Arsen lalu berjalan menuju ruangan OSIS, pria itu sangat yakin jika saat ini Dhira pasti marah dengan diri nya, dan hal itu akan semakin membuat Dhira menjauh dengan diri nya.     

***     

Sesampainya di rumah, Dhira langsung masuk ke dalam kamar. Gadis itu sangat lelah dengan kejadian hari ini, keadaan rumah begitu sepi Dhira mengira kalau kedua orang tua nya sedang pergi atau tidur, masuk ke dalam kamar mengunci pintu dan bergegas untuk naik ke atas tempat tidur.     

Istirahat dan melupakan semua yang ada, adalah hal terbaik untuk saat ini. Dhira lalu merebahkan badan nya, lama lama diri nya sudah berada di dunia mimpi.     

Di tempat berbeda, Gaby sedang menunggu Dhira. Dia akan pulang bersama dengan adik nya, karena kedua orang tua nya sudah lebih dulu pulang. Tadi ketika baba Daffa mengajak nya pulang, Gaby menolak gadis itu masih ingin bersama dengan teman teman nya dan akan pulang dengan Dhira. Namun, hingga para siswa di sana tidak ada Dhira belum juga muncul.     

"Permisi, mau tanya Dhira di mana ya?" tanya Gaby. Mereka yang memang tidak menyukai kehadiran Gaby, hanya menatap malas.     

"Sudah pulang," jawab Mira singkat. Ketiga teman Dhira menunjukkan begitu tidak senang mereka pada Gaby saat ini. "Tadi dia udah pulang duluan," sambung Aris. Laki laki itu berjalan menuju ke tempat Gaby berdiri.     

"Pulang?" tanya Gaby. Aris membalas dengan anggukkan kepala nya, sedikit Gaby mendesah pelan, kenapa adik nya itu meninggalkan diri ny. Itulah yang ada di benak Gaby saat ini. "Sekali sekali pulang sendiri kenapa, kasihan Dhira selalu berada di bayang bayangan orang yang gak peka. Malangnya nasib sahabat gue," sindir Diandra.     

Mendengar hal itu membuat Gaby bertanya tanya, gadis itu lalu berjalan menuju gerbang sekolah. Berharap masih ada taksi di depan sana mengingat jam sudah menunjukkan sang sore.     

Sedangkan di rumah, kedua orang tua Dhira baru saja pulang. Saat Dhira akan memejamkan mata nya, suara ketukan pintu terdengar dengan sangat nyaring. Gadis itu sangat malas untuk bergerak, "Kakak!!" pekik Arka. Dengan rasa malas yang menjalar di tubuh nya, Dhira lalu beranjak dari tempat tidur.     

Pintu kamar terbuka dengan sempurna, menampilkan Arka yang berdiri di depan pintu rumah dengan setelan rapi. "Apaan sih?" tanya Dhira. Gadis itu sangat tidak bersemangat hari ini, rasa lelah yang begitu dalam membuat Dhira ingin segera tertidur.     

"Di bawah, Buna dan Bana bawa makanan kesukaan kakak. Buruan gih, turun aku mau ganti baju," ujar Arka.     

Dhira langsung membuka mata nya lebar, ketika mendengar ucapan tersebut. Gadis itu langsung berjalan menuruni tangga terlihat si mbok sedang menyiapkan makanan di meja depan ruang televisi.     

"Sini sayang, ini Buna beliin makanan kesukaan kamu," ujar Gina. Dhira langsung duduk di sofa mata nya begitu berbinar melihat pempek makanan khas Palembang, tersaji dengan begitu rapi di atas sana. Dhira adalah maniak pempek, gadis itu selalu meminta kiriman Om-nya Ryu yang saat ini mengurusi perusahaan di sana bersama dengan istri nya. Dan pasti setiap bulan, ada makanan itu di rumah.     

"Kok enak banget. Tumben di sini ada yang jual seenak ini, terus rasa nya juga sama dengan yang biasa Papi Ryu kirim." Dhira memanggil Om-nya itu Papi, dan hanya Dhira seorang. Sedangkan yang lain nya tetap sama memanggil Abang dari Buna nya itu dengan sebutan Om..     

"Tadi Buna dan Bana, kan habis pulang dari rumah Oma karena Papi kamu lagi main ke sini," ujar Gina. Mendengar hal itu membuat Dhira begitu senang dan bahagia, gadis itu lalu melanjutkan makannya.     

"Di atas nggak ada kak Gaby Bun," ucap Arka. Anak laki laki itu, sudah berganti pakaian dengan santai.     

"Belum pulang?" tanya Gina.     

"Nggak tahu," jawab Arka yang sudah duduk di samping kakak nya dan memasukan pempek tersebut ke dalam mulut diri nya.     

"Loh kamu nggak bareng kakak pulang nya?" tanya Gina pada Dhira. Dengan polos nya Dhira membalas dengan gelengan kepala.     

"Kenapa nggak pulang bersama dengan Gaby, kamu itu harus bisa jagain dia. Aduh kalau sampai terjadi apa apa sama dia gimana? Kamu bisa tanggung jawab? Di kasih amanah untuk menjaganya saja kamu selalu lalai. Ini kalau dia kenapa kenapa gimana Nadhira!!" ucap Gina. Dhira hanya menatap ke arah sang Buna yang begitu khawatir dengan apa yang belum tentu terjadi pada Gaby namun, sudah bertingkah seperti terjadi sesuatu dan hal itu benar benar membuat Dhira begitu terluka.     

"Kamu itu kapan sih, bisa buat Buna dan Baba bahagia. Di suruh jagain satu orang saja nggak bisa, kalau terjadi sesuatu hal yang buruk gimana? Dia kan berbeda sama kamu, fisik nya lemah ayo Mas kita ahrus jemput Gaby. Aku nggak mau terjadi sesuatu dengan anak aku itu," ucap Gina dengan panik. Wanita itu tidak melihat bagaimana ekspresi wajah Dhira yang sudah merah menahan tangis yang akan keluar ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Buna nya.     

"Kamu tenang dulu, nggak usah khawatir."     

"Gimana bisa tenang Mas. Anak aku di mana sekarang, kalau dia jatuh di jalan gimana?" tanya Gina dengan menahan sesak di dalam dada nya.     

Dhira beranjak dari tempat duduk nya, gadis itu segera mengambil jaket dan kunci motor yang masih dipinjamnya dari Dewa. Dhira harus pergi ke sekolah saat ini, gadis itu takut sesuatu hal terjadi dengan kakak nya. Melihat sang Buna yang begitu khawatir membuat Dhira tidak mampu menampakkan diri nya di depan kedua orang tua nya.     

"Mau kemana kamu?" tanya Gina.     

"Aku mau ke sekolah lihat kakak Bun," jawabnya.     

"Tidak usah, saya bisa mencari anak saya sendiri." Setelah mengatakan hal itu, Gina langsung pergi seorang diri ke luar dari dalam rumah. Daffa yang melihat tingkah istri nya hanya bisa menghela napas nya berat, pria itu selalu mengatakan untuk tidak bersikap aneh namun, Gina selalu saja bertingkah semaunya.     

Namun, ketika mereka keluar dari dalam rumah. Seseorang turun dari atas motor, melihat hal itu membuat mereka terdiam.     

"Terima kasih ya," ujar Gaby.     

"Sama sama." Jawaban singkat tersebut, membuat Gaby tersenyum namun, sebelum pergi dari tempat tersebut. Pandangan mata orang itu, menatap ke arah seorang wanita yang menatap nya dengan begitu intens.     

Orang yang pergi bersama Gaby adalah Arsen melihat hal tersebut membuat dadah Dhira begitu sesak gadis itu tersenyum namun dibalik senyuman nya begitu tersirat rasa sakit yang mendalam.     

Gina langsung mendekat kearah anak gadisnya itu wanita itu memeluk Gaby dengan begitu erat pertanyaan mengenai apakah anaknya itu baik-baik saja atau tidak. Sedangkan pandangan mata Dhira tetap menatap ke arah depan sulit diartikan apa maksud dari pandangan tersebut Arsen hanya bisa terdiam di tempatnya.     

Setelah cukup lama kedua orang tuanya berbicara dengan arsen pria itu lalu pergi meninggalkan halaman rumah tersebut . Dhira tidak tahu Apa yang diucapkan oleh kedua orang tuanya kepada Arsen gadis itu lalu masuk ke dalam rumah meninggalkan kedua orang tuanya yang masih berada ada di teras.     

***     

Di dalam kamar Dira hanya diam dirinya tidak tahu harus bersikap seperti apa rasanya begitu sakit Padahal mereka berdua tidak memiliki hubungan yang begitu intens namun melihat kedekatan antara arsen dan juga Gaby benar-benar membuat begitu tidak tenang.     

Sebuah notifikasi masuk ke dalam ponsel Dhira gadis itu lalu beranjak dari tempat duduknya dan mulai mengecek ponsel. Saat melihat nama siapa yang tertera di layar ponsel dengan sangat enggan di relasi mematikan layar ponselnya tersebut, Dhira sedang tidak ingin n' roses satu pesan pun dari orang yang sudah membuat perasaannya begitu terluka.     

"Harusnya aku nggak kayak gini terserah mereka mau apa aku juga bukannya memiliki hubungan sama dia," ucap Dhira. Gadis itu lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mulai memejamkan mata, hari ini begitu banyak hal yang melelahkan membuat Dhira rasanya ingin tenggelam dalam lautan mimpi.     

Arsen yang sudah sampai di rumahnya langsung masuk ke dalam kamar pria itu tidak sengaja bertemu dengan Gaby saat gadis tersebut sedang menunggu angkutan umum untuk pulang. Sebagai seorang pria yang begitu bertanggung jawab tidak mungkin Arsen meninggalkan Gaby seorang diri di area sekolah yang sudah sangat sepi. Pria itu lalu menawarkan tumpangan untuk membawa Gaby pulang ke rumahnya, Gaby yang ingin menolak diurungkan karena sikap Arsen yang begitu memaksa dirinya sehingga Gaby lalu menuruti apa yang diinginkan oleh arsen, keduanya lalu pulang bersama.     

"Sampai Kapan kamu akan bertahan dalam keadaan seperti ini, lihatlah wajah kamu ketika kamu cemburu begitu menggemaskan," ujar Arsen. Pria itu tersenyum ketika melihat raut wajah Dhira yang menahan kekesalan ketika dirinya pulang bersama Gaby tadi.     

Malam harinya suasana terlihat begitu mencengkeramkan hal itu karena Gina masih marah dengan anaknya, Dira hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan oleh sang Bunda gadis itu tidak bisa memaksakan jika Bundanya saat ini sedang kecewa dengan apa yang dirinya lakukan tadi. Melihat sang istri dan anaknya seperti ini membuat Dafa hanya bisa menghela nafasnya berat istrinya begitu keras kepala dan begitu khawatir berlebihan jika menyangkut dengan keselamatan Gaby.     

"Kamu harus makan yang banyak biar cepet sembuh ini Bunda sengaja masakin kamu makanan kesukaan kamu sayang di makan yang banyak ya."     

Gaby menerima begitu senang ketika sang Bunda memberikan ayam kecap kesukaan dirinya. Melihat hal itu membuat perasaan Dhira begitu sakit, gadis itu juga merindukan Apa yang dilakukan oleh sang Bunda kepada sang kakak untuk dirinya namun, hal itu hanya ada di dalam mimpinya saja karena saat ini Bunda nya masih marah kepada dirinya.     

Setelah selesai makan malam biasanya Dira masih ikut berkumpul dengan keluarga duduk di ruangan sofa untuk saling berbicara satu dengan yang lainnya namun, saat ini gadis itu lebih memilih untuk segera masuk kedalam kamarnya. Rasanya Gina lebih baik menyalurkan rasa yang ada di dalam dirinya menjadi sebuah tulisan yang bisa dinikmati oleh banyak orang.     

Gadis itu tak lupa mengunci pintu kamarnya dan mulai menyalakan musik slow untuk membuat dirinya begitu rileks saat mengerjakan apa yang saat ini sedang dirinya geluti.     

"Ayo semangat Ra kamu pasti bisa, kamu harus tunjukkan kepada mereka kalau apapun yang kamu lakukan pasti terbaik."     

Dira begitu fokus dengan laptopnya gadis itu tidak memperhatikan sekitar bahkan berulang kali pintu kamarnya diketuk oleh orang di sana bahkan saat ini ponsel Dhira bergetar dengan sangat sering gadis itu jika sudah berada di depan laptop maka semuanya akan dilupakan.     

"Dhira!!" Panggilan dari depan pintu kamar Dira begitu kencang, hingga membuat orang tersebut kelelahan memanggil nama Dira dan sampai detik ini juga Dira belum keluar dari dalam kamarnya tersebut. "Udah tidur sepertinya Mas, besok aja kita ketemu sama dia ini juga udah malam kok," ucap Putri.     

Ryu lalu membalas ucapan istrinya tersebut dengan menganggukkan kepalanya setelah itu mereka lalu berjalan menuju tangga. Hari ini keduanya akan menginap dirumah Gina dan juga Dava sebelum mereka kembali menyelesaikan urusan kantor pusat yang ada di Jakarta.     

***     

Pagi hari yang begitu indah ini Gina yang tertidur di meja belajarnya segera bangun, gadis itu bisa merasakan jika saat ini tubuhnya begitu sakit akibat tidur semalam yang tidak baik. Dirasakan dirinya sudah cukup membaik Dira lalu beranjak dari tempat duduk dan mulai menuju ke dalam kamar mandi.     

Hari ini dirinya tidak ke sekolah karena mereka kemarin baru sudah mengikuti bazar, itu adalah aturan yang dibuat oleh sekolah untuk mereka para anggota yang mengikuti acara tersebut. Setelah selesai dengan urusan kamar mandi Dhira lalu keluar dari dalam kamarnya, terdengar dengan sangat jelas gelak tawa di meja makan mendengar hal itu membuat dahi Dhira berkerut dengan tajam.     

"Kenapa suaranya seperti suara papi ya tapi kan nggak mungkin Papi datang kesini pagi-pagi seperti ini," gumam Dhira di dalam hati gadis itu lalu melangkahkan kakinya menuju ke arah meja makan. Dan ketika melihat siapa kedua orang yang saat ini sedang duduk dan tertawa bersama dengan kedua orang tuanya membuat Dhira menatap dengan begitu tajam.     

Dira langsung mendekat kearah meja makan gadis itu memekik dan dan memeluk sang Papi dengan begitu eratnya, pelukan tersebut juga dibalas oleh Ryu. Anak gadis dari adiknya itu sudah seperti anak dia sendiri, karena sejak dirinya menikah dengan Putri hingga saat ini belum juga dikaruniai seorang anak. Namun, meskipun seperti itu kehadiran Dira sudah membuat kedua pasangan suami-istri tersebut begitu bahagia.     

"Papi ke sini kok nggak bilang-bilang sama Dira?" tanya Dhira.     

"Gimana mau bilang kalau kamu aja tidurnya Udah kayak kebo semalem tapi udah usaha buat gedoran pintu kamar kamu tapi kamunya nggak ada sedikitpun bangun ya Udah daripada Papi capek mending Papi tidur," tutur Ryu.     

Sarapan pagi ini begitu spesial dengan kedatangan kedua orang tersebut dan hal itu membuat Dira begitu bahagia. gadis itu tidak pernah berhenti berbicara dengan Ryu dan juga Putri kedua orang yang sudah seperti orang tua diri sendiri. Kasih sayang yang diberikan oleh mereka berdua membuat Dhira merasa bahwa dirinya begitu diinginkan oleh keduanya sangat berbeda jauh jika dirinya bersama dengan kedua orang tuanya sendiri.     

Mereka lalu melanjutkan sarapan pagi bersama Daffa yang melihat begitu lebar senyum sang anak begitu teriris hatinya, senyum yang biasa ditunjukkan oleh Dhira kepada mereka semua yang ada di rumah ini berbeda dengan saat dia tersenyum kepada kakak iparnya tersebut. Senyum yang begitu tulus dan tidak tersirat suatu apapun itulah gambaran senyum yang ditampilkan oleh Dhira namun, ketika gadis itu berada di tengah-tengah keluarganya Dhira seolah seperti tersenyum dalam sebuah belenggu yang membuatnya hanya bisa pasrah.     

"Gimana sekolah kamu sayang?" tanya Putri. Wanita cantik itu tidak pernah lepas mengusap kepala Dhira begitu nyaman baginya Dhira adalah seorang penyejuk di dalam hubungan mereka. Kelahiran Dhira membawa begitu banyak kebahagiaan untuk semua orang termasuk putri yang menjadi salah satu anggota keluarga tersebut. .     

Meskipun Dhira bukan terlahir dari rahimnya namun bagi putri Dira adalah anak yang begitu dirinya banggakan semua hal yang dilakukan oleh keduanya hanya untuk Dhira.     

"Seperti biasa Mami tidak ada hal yang spesial."     

"Masa sih tidak ada yang spesial," goda Ryu. Pria itu sangat senang ketika melihat wajah cemberut yang ditampilkan oleh keponakannya tersebut ketika dirinya menggoda Dhira seperti saat ini.     

"Nggak ada loh Pi. Dhira hanya ingin terbebas dengan namanya kecewa, kan Papi sendiri yang bilang untuk tidak pernah kecewa akan satu hal. Jika kita sudah kecewa maka, rasa sakit itu akan terus membuat kita membenci nya, dan hal itu juga yang mungkin saat ini sedang Dhira lakukan."     

"Kamu membenci siapa nak?" tanya Putri. Ketiganya asyik dengan obrolan sendiri, seolah tidak peduli dengan dua orang dewasa yang saat ini sedang duduk di depan nya. Daffa hanya bisa menatap ke arah sang anak, pria itu ingin merasakan kedekatan yang terjadi antara Dhira dan Ryu. Namun, seperti nya anak gadis nya itu selalu membentengi dirinya.     

"Tidak ada Mi. Hanya saja, aku selalu teringat dengan ucapan yang disebutkan Papi dulu, dan kata kata itu selalu aku jadikan bahan jika aku mulai ingin membenci sesuatu," ucap Dhira.     

Obrolan mereka berlanjut sesekali Gina dan Daffa menimbali apa pertanyaan yang dilontarkan oleh kedua orang tersebut sedangkan Dhira tidak pernah lepas memeluk Putri. Gadis itu seolah merindukan pelukan hangat dari Putri dan hal itu benar-benar membuat Gina dan juga Daffa melihat begitu bahagia raut wajah anaknya saat ini, berbeda ketika Dhira bersama dengan mereka.     

***     

Di sekolah Arsen sibuk dengan semua kegiatannya pria itu bahkan tidak tahu bahwa saat ini Dhira tidak masuk sekolah, gadis itu sudah menyampaikan izinnya kepada ketiga sahabatnya bahwa dirinya tidak akan masuk sekolah hari ini, hal itu juga karena mereka tidak memiliki kegiatan dan juga selain itu Dhira mengatakan bahwa Papinya saat ini ini sedang berada di rumahnya.     

Arsen begitu sibuk mengkoordinir semua kegiatan pria itu begitu terlihat sangat tampan meskipun keringat mengalir dengan sangat deras di dahinya, seorang wanita dengan beraninya membawakan tisu dan juga air di dalam kemasan botol ke arah Arsen.     

"Buat kamu," ujarnya. Arsen mengangkat kepalanya dan melihat siapa orang tersebut, laki-laki itu terkejut dengan kedatangan Gaby yang secara tiba-tiba sudah berada di dekatnya. "Sebagai ucapan terima kasih aku sama kamu yang udah mau anterin aku kemarin ke rumah sampai selamat," lanjut Gaby.     

Arsen tersenyum mendengar hal itu, "Nggak perlu repot kok aku bantuin nya ikhlas. Sebagai seorang teman melihat temannya sedang kesusahan aku pasti akan bantuin apalagi kemarin udah sore banget dan juga sekolah udah sepi aku nggak mau sesuatu hal terjadi di sekolah kita." Namun, Gaby menggelengkan kepalanya gadis itu tetap memberikan sebotol minuman tersebut kepada arsen. Arsen yang tidak pernah bisa menolak pemberian orang lain lalu menerimanya, setelah arsen menerima air tersebut Gaby lalu duduk disampingnya. Kedua orang tersebut terdiam tidak ada satu pembicaraan pun yang mereka lakukan.     

Arsen yang merasa sudah cukup beristirahat kembali mulai beranjak dari tempat duduknya, "Aku pergi kesana dulu ya. Terima kasih untuk air minumnya dan ya harusnya kamu nggak usah repot-repot aku selalu membantu teman-teman ia membutuhkan bantuan dengan ikhlas." Setelah mengatakan hal itu harus selalu pergi meninggalkan tempat tersebut, pria itu teringat akan sesuatu hal hari ini dirinya belum melihat Dhira dan karena hal itulah asen beranjak dari tempat duduknya lalu mencari keberadaan Dhira.     

Sesampainya di dalam kelas arsen bingung ketika melihat tidak ada gadis yang saat ini sedang dirinya cari melihat tingkah laku arsen seperti itu Aris lalu beranjak dari tempat. "Nyariin Dhira?" tanya Aris. Arsen hanya menganggukan kepalanya membalas ucapan yang dilontarkan oleh temannya tersebut.     

"Dia nggak masuk hari ini, kata Diandra sama Mira dia izin karena ada Om-nya yang dari Palembang datang ke rumah."     

Mendengar hal itu membuat arsen sedikit kecewa pria itu lalu menuju ke tempat duduknya meninggalkan Aris yang masih berdiri didepan pintu kelas mereka. Arsen lalu mengeluarkan ponselnya dan melihat beberapa chat yang sampai saat ini belum dibaca oleh Dhira. Pria itu menarik nafasnya dengan begitu panjang dirinya tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh Dhira saat ini.     

Arsen     

"Kamu kenapa nggak pernah balas pesan aku? Terus kenapa hari ini nggak masuk."     

Sebuah pesan singkat dikirimkan oleh Arsen kepada Dhira namun mata arsen seketika langsung melotot dengan tajam ketika dua garis abu-abu itu berubah menjadi biru. Senyum dibibir Arsen terbit ketika melihat pesannya tersebut dibaca oleh sang pujaan hati.     

Dhira yang tidak sengaja membuka pesan dari Arsen merutuki dirinya sendiri gadis itu ingin segera menghapus pesan tersebut namun bukannya menghapus Dhura malahan membuka pesan yang dikirimkan oleh Arsen.     

Arsen     

"Akhirnya kamu baca juga, aku udah lama menunggu hari ini."     

Alasan kembali mengirimkan beberapa pesan lainnya dengan sangat malas Dhira akhirnya mengetikkan sesuatu pada room chat mereka.     

Nadhira     

"Apaan."     

Jawaban singkat yang dilakukan oleh Dhira benar-benar membuat Arsen tersenyum bahagia.     

##     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.